Apakah 50 tahun dari sekarang akan muncul phobia baru yaitu ketakutan akan konektivitas? Atau lebih cepat?
Nomophobia is the fear of being out of mobile phone contact.
Jika ketakutan akan jauh dari mobile device alias tidak terhubung adalah phobia sudah diakui ada setidaknya sejak 2010, maka kapan orang menyadari bahwasanya bahwa orang-orang mulai phobia dengan 'terhubung'? Saya pikir saya sedang mengalaminya. Dan sebagian dari saya bilang "Benar itu tidak mengada-ada!" dan saya sebal. Kepikiran.
Rapidly, The Connected World!
Sudah jelas dunia sekarang terhubung. Dan manusia tahun 2014 seperti saya patut bangga, dan tentu manusia 2000an sudah pasti harus iri. Sedang yang 90an atau malah 80an wajar nggak kepikiran dunia bakal begini.
Semua serba mudah!
Setidaknya lebih mudah. Walaupun kemudahan bisa jadi jebakan. Dan kesulitan bisa jadi akar kreatifitas dan keingintahuan.
Semua serba tidak membosankan!
Setidaknya lebih menarik. Walaupun kebosanan sebenarnya bisa jadi anugrah. Karena sebenarnya kebosanan adalah ruang untuk berimaginasi, berkreasi, dan bermimpi.
Ya, anggaplah internet, smartphone dan being connected adalah hal mewah-bikin-iri-wow-sekali bagi manusia masa lampau. Namun, bagi manusia saat ini yang tinggal di waktu dan detik ini sebenarnya... biasa sih. Cukup keren. Ok. Tapi...
Slowly, I Hate Connectivity!
Pada dasarnya kultur konektivitas sudah menggila, sampai pada titik di mana manusia bumi yang tidak bisa dihubungi dengan mudah adalah manusia bumi yang tinggal di planet lain.
Wasap -> Grup wasap -> Twitter -> Facebook -> Twitter -> Email -> Line -> BBM tapi sudah uninstall -> Line -> Twitter -> SMS -> Wasap -> Email -> Twitter -> Email -> Facebook -> Grup Facebook -> Line -> Kakao! Talk -> Wasap!
Hari ini saya mengalaminya, sedikit sebal yaitu karena...
Konektivitas tanpa jeda adalah kerinduan akan diri sendiri, menikmati diri sendiri, untuk diri sendiri, tanpa ataupun dengan merasa sendiri.
Bahkan, seperti saya bilang sebelumnya, kebosanan adalah ruang untuk berimaginasi, berkreasi, dan bermimpi. Sedangkan seperti yang kita tahu, fitur utama dari smartphone (yang terhubung) adalah membunuh waktu kosong kehidupan. Waktu kosong yang siap kamu isi apa saja. Waktu kosong yang membuat hidup lebih hidup.
Lho maksudnya?
Jika kamu tidak mengerti, mungkin benar kamu telah terbiasa mengisi waktu kosong kamu dengan... Twitteran kayak saya!
The Value Of Connected!
Teringat dulu Ibu (dan saya waktu masih manusia 90an atau 2000an) menanti sepucuk surat dari Bapak yang hadirnya sebulan sekali. Beda kota, dan temu mungkin hanya setahun sekali. Ialah sekedar sepucuk surat dengan diselipi selembar uang 20.000 rupiah yang dibalut kertas tebal agar tidak nampak jika diterawang.
"Pak, kalau ngirim uang tidak diijinkan lewat surat lho. Pakai wesel pos ya!" Tentu adalah peringatan yang diberikan pegawai kantor pos jika mengetahui surat tersebut diselipi barang berharga bernama 'Uang'.
Tapi yang lebih berharga tentunya adalah tulisan tangan yang mungkin tak lebih dari selembar halaman. Yang mungkin hanya beberapa paragraf. Dan jika kelu menyelimuti komunikator (Bapak saya), yang terjadi hanya beberapa baris saja.
Manusia tahun 2014 ini sewajarnya tidak iri dengan manusia-manusia tahun 2000an lampau. Tapi melihat bagaimana effort komunikan (Ibu dan saya) kepikiran, dan juga melihat juga effort komunikator (Bapak saya) berpikir, maka rasa iri manusia masa kini pun muncul.
Pihak komunikator:
"Surat ini hanya sebulan sekali. Apa yang harus saya sampaikan. Saya harus berpikir. Saya harus segera mengirim surat ini."
Pihak komunikan:
"Surat ini hanya sebulan sekali. Apa yang akan dia sampaikan. Saya kepikiran. Saya tidak sabar menanti surat ini."
Bisa membayangkan jika pada bulan A bapak saya stuck tidak ngirim surat karena bingung apa yang harus dia tulis? Bisa membayangkan jika bulan A ibu saya kepikiran tidak menerima surat yang seharusnya ia baca? Bisa membayangkan jika bulan A saya stress tidak menerima duit jajan? Dan kapan terakhir kali kamu saya mengisi momen kosong dengan kesulitan seperti ini?
Eh tunggu dulu... Hah?
Jadi kamu saya si manusia masa kini merasa iri dengan momen meribetkan manusia 80an, 90an, 2000an kayak gitu? Yakin?
Bukan begitu secara harfiah. Saya hanya berpikir...
Saya pikir... terhubung telah semakin mudah, memudahkan dan sederhananya... terhubung itu mudah. Sesederhana itu.
Namun dibalik kemudahan, pasti ada sesuatu yang hilang. Mungkin banyak. Mungkin sedikit. Tapi yang pasti hilang adalah...
Bukankah itu kesulitan?
Seperti yang saya bilang (secara sok) sebelumnya, kesulitan adalah akar kreatifitas dan keingintahuan. Titik.
Dan nilai dari 'terhubung' semakin berkurang serta merta orang-orang (seperti kita saya) semakin tidak menghargainya. Karena itu mudah. Sangat mudah. Atau terlampau mudah? Dan walaupun mungkin ini tidak sepenuhnya benar, tapi setidaknya saya jujur bahwa saya merasa nilai dari 'terhubung' semakin berkurang.
Berkurang.
Dan berkurang.
Dan terus berkurang.
Dan saya cuma takut kita benar(-benar) menilai 'terhubung' itu tidak ada harganya sama sekali. Cuma gitu kok. Cuma? Beneran itu cuma 'cuma'?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Meninggalkan jejak tidak dilarang karena eksistensi diri adalah lumayan.