Laman

Sabtu, 30 Juli 2016

Ke Dokter Gigi Episode 2

"Sebelumnya pernah ke dokter gigi mas?"

Tanya seorang pria muda yang mengaku sebagai dokter itu. Pertanyaan tersebut cukup menohok, karena ia menggunakan 'pernah' seolah ia sudah skeptis dan menuduhku belum pernah ke dokter gigi.

Sungguh terlalu.

"Hmm... pernah sih,  sekali dua kali agak lupa heheehe."

Om dokter yang agak ikal lumayan ganteng itu, *eh* hanya mengangguk. lalu mempersilahkanku untuk duduk ke tempat duduk pemeriksaan. Ia cukup ramah dan murah senyum.

Hati siapa yang tak dag dig dug. Bukan karena senyumnya, melainkan karena mulut saya dibuka-buka, gigi saya dikorek-korek, bibir saya dilumat-lumat *eh*, sangat teliti ia menilik hingga detil pelosok gigi dan mulut yang terdalam. Halah.

Sebelumnya memang hampir benar bahwasanya aku hampir tidak pernah ke dokter gigi. Seingatku waktu kecil cuma sekali, dan terakhir 6 bulan yang lalu merasakan kengerian pergi ke dokter gigi yang ternyata biasa saja.

Dan kali ini saya ke dokter gigi karena benar tidak tahan kondisi hatigigiku yang cekit-cekit.

***

Klinik Utama Joy Dental di Jakal sengaja kupilih karena dekat kost, testimoninya bagus, nampak profesional...

...

...

...

...

...

dan embel-embel 'Konsultasi, Gratis!'

Pernah dengan celetukan temen... "Udah liat-liat (gigi) orang seenaknya, suruh mbayar mahal pula!" dan ini cukup kontradiktif.

***

Pria di depanku ini yang mengaku dokter gigi selesai melihat kondisi gigiku dan bersiap menyampaikan vonisnya.

Dan aku cuma pasrah.

"Mas... setelah melihat gigi mas, ternyata gigi mas cukup bagus."

WHAAAT!!!

Ternyata skenario terburuk, drama-drama dan pikiran aneh itu hanya ada di bayangan saja.

Kita pun berbicara banyak.

Keluhan tentang TMJ (Temporomandibular Joint Disorders), ngilu, gigi sakit, gigi gusi berdarah, geraham belakang bengkak, semua yang kuutarakan, dijawab dan dijelaskan dokter gigi tersebut dengan sangat jelas dan mudah dipahami.

Ia memberikan banyak solusi dan altenatif perawatan. Akhirnya aku cukup yakin pria muda ini memang punya pengetahuan tentang gigi dan mungkin benar ia dokter gigi.

Aku cukup kagum, walaupun memang benar ia belum melakuan tindakan perawatan. Ia pun menekankan bahwa konsultasi ini gratis, dan silahkan memilih alternatif perawatan.

Kesemuanya memang mengarah pada pemasangan kawat gigi alias behel alias bracket, namun ia menekankan pemasakan behel juga bertahap dan perlu diputuskan masak-masak dan matang mengingat biayanya (red: duit, resiko dan waktu!) yang juga cukup tinggi.

Ia memberikan daftar alternatif solusi disertai biayanya (red: waktu, resiko dan duit!!!). Dan untuk saat ini aku memilih pembersihan karang gigi / scaling untuk saat ini dan memang benar, sakit gigiku langsung reda esok harinya. Maka benar, ia memang dokter gigi.

Hampir satu jam lebih aku ada di klinik gigi itu.

Sangat puas.

Terimakasih pak dokter muda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meninggalkan jejak tidak dilarang karena eksistensi diri adalah lumayan.

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *